THEMA SENTRAL

PARTAI NASDEM MENGUSUNG GERAKAN PERUBAHAN -

RESTORASI INDONESIA SESUAI CITA-CITA PROKLAMASI

Minggu, 26 Januari 2014

AUDIENSI PENGURUS DPD PARTAI NasDem KABUPATEN SUMEDANG DENGAN WAKIL BUPATI SUMEDANG

Foto bersama Jajaran Pengurus DPD Partai NasDem Kabupaten saat Audiensi dengan Wakil Bupati Sumedang, tanggal 6 Januari 2014

Kamis, 23 Januari 2014

VISI DAN MISI PARTAI NasDem



GERAKAN PERUBAHAN
UNTUK MENGEMBALIKAN MARTABAT BANGSA
MELALUI REVITALISASI KEBUDAYAAN DAN REFORMASI BIROKRASI 
OLEH :
Deddy Pandji Santosa

VISI
 Indonesia yang Merdeka sebagai Bangsa, Berdaulat secara ekonomi, dan Bermartabat dalam Budaya 

MISI
1. Membangun Politik Demokratis Berkeadilan,
2. Menciptakan Demokrasi Ekonomi 
3. Menjadikan Budaya Gotong Royong sebagai Karakter Bangsa

TUJUAN
Partai NasDem bertujuan Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis, Berkeadilan dan Berkedaulatan

FUNGSI
Dengan semangat Kebangsaan Partai berfungsi untuk :
1. Memperkuat kedaulatan dan keutuhan NKRI
2. Mewujudkan Negara Kesejahteraan sesuai mandat Konstitusi
3. Mengembangkan kehidupan politik Kebangsaan yang Demokratis, Partisipatif dan Beradab
4. Menciptakan tatanan perekonomian dengan prinsip Demokrasi Ekonomi
5. Menegakkan Keadilan Sosial dan Kedaulatan Hukum
6. Memenuhi Hak Azasi Manusia dan Hak warga negara Indonesia
7. Mengembangkan Kepribadian Bangsa yang Luhur dan Kehidupan Sosial Budaya yang Egaliter berdasarkan Prinsip Bhineka Tunggal Ika

SUSUNAN PENGURUS -STRUKTUR ORGANISASI PARTAI NASDEM DPD KABUPATEN SUMEDANG PERIODE 2013-2018

SURAT KEPUTUSAN
Nomor: 666-SK/DPP-NasDem/XII/2013
Tentang

PENGESAHAN PERUBAHAN PENGURUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NasDem KABUPATEN SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT Periode 2013-2018

Menimbang : dst
Mengingat   : dst
Memperhatikan : dst

MEMUTUSKAN

Menetapkan : dst
Pertama        : dst
Kedua          : dst
Ketiga          : dst
Keempat      : dst

                                                                                   Ditetapkan di   : Jakarta
                                                                                   Pada Tanggal   :  18 Desember 2013

DEWAN PIMPINAN PUSAT
PARTAI NasDem




SURYA PALOH                                           PATRICE RIO CAPELLA
                                    Ketua Umum                                                 Sekretaris Jendral


I. DEWAN PERTIMBANGAN DAERAH
    Ketua                    :  Adang Kosma Wijaya
    Anggota               :   Ir. H.B Tavifudin, MM
    Anggota               :   Yadi Setiadi, BE, S.Sos, M.Si
    Anggota               :   H. Adang Supratman
    Anggota               :   H. Soeparya Soerawidjaya
II. DEWAN PAKAR DAERAH
   Ketua                   :  Drs. Karya
   Anggota               :  Dra. Mimin Rosmini, SKM, MKES
   Anggota               :  H.D.K. Salkasaputra,Drs,M.Si
   Anggota               :  Hj. Habibah
   Anggota               :  Kamas Komara

III. DEWAN PIMPINAN DAERAH

Ketua                                                                                          :  Ir. Cernan Melandi
Wakil Ketua Bidang Pemilihan Umum                                      :  Oce Budiana
Wakil Ketua BidangOrganisasi, Keanggotaan&Kaderisasi       : Moch. Lili Suwarli, BE
Dst ( lihat lampiran)
Sekretaris                                                                                    : Kurniawan Hidayat
Dst ( lihat lampiran)
Bendahara                                                                                    : Asep Surahmat, ST
Dst ( lihat Lampiran)

Divisi-Divisi
Dst ( lihat lampiran)

PARTAI NASDEM MENGUSUNG GERAKAN PERUBAHAN-RESTORASI INDONESIA




GERAKAN PERUBAHAN
UNTUK MENGEMBALIKAN MARTABAT BANGSA
MELALUI REVITALISASI KEBUDAYAAN DAN REFORMASI BIROKRASI 
OLEH :
Deddy Pandji Santosa
  
ABSTRAK

Restorasi atau Gerakan Perubahan adalah sebuah konsep mengenai proses peningkatan suatu kondisi atau situasi yang sedang berjalan kearah yang lebih baik sesuai yang diharapkan dalam berbagai aspek. Gerakan Perubahan yang dicanangkan adalah Gerakan yang bersifat Menyeluruh atau Holistik pada berbagai aspek kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat yaitu Aspek Ideologi, Aspek Politik, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial, Aspek Budaya.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, landasan pengembangan kebudayaan nasional adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tertuang dalam Pancasila. Pancasila merupakan nilai-nilai inti (core values) yang membentuk konfigurasi yang saling terkait dan melengkapi sehingga menjadi etos budaya bangsa. Kalau telah dihayati oleh seluruh masyarakat, etos kebudayaan yang berintikan kelima nilai luhur Pancasila akan berfungsi  sebagai kerangka acuan masyarakat untuk menghadapi tantangan jaman, baik yang berasal dari dalam masyarakat Indonesia maupun yang berasal dari luar.
Keanekaragaman faktor sosial budaya di Indonesia harus dipahami sebagai potensi yang pemanfaatannya belum optimal dalam proses pembangunan masyarakat. Padahal faktor sosial budaya lokal merupakan modal sosial yang besar yang telah tumbuh berkembang secara turun temurun yang hingga kini masih kuat berakar dimasyarakat.
Aktualisasi faktor sosial budaya lokal menjadi masalah yang strategis untuk didiskusikan kembali. Lebih-lebih bila dikaitkan dengan keadaan di Indonesia yang berada dalam proses demokrasi dan reformasi disegala bidang pembangunan. Ketika Indonesia mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, strategi pembangunan yang berpusat pada rakyat agaknya membutuhkan perubahan yang sangat mendasar dari pendekatan yang caritis atau residual menjadi faktor pemberdayaan masyarakat.
KATA KUNCI : Gerakan Perubahan, Restorasi, Koordinasi, Revitalisasi, Reformasi Birokrasi, Budaya,
SALAM RESTORASI, SAMPURASUN

I.  PENDAHULUAN 
1.1       Perubahan
Perubahan secara umum merupakan sebuah kejadian yang dialami oleh kita semua sebagai manusia. Ada perubahan yang timbul di luar kehendak kita yang lazim dinamakan orang perubahan yang tidak direncanakan unplanned change, tetapi ada pula perubahan yang direkayasa oleh kita sendiri, yang dinamakan perubahan yang direncanakan atau planned change. Perubahan dapat terjadi secara evolusioner, tetapi ia sering pula muncul dalam wujud revolusioner. Ada pepatah kuno yang mengatakan “Panta Rei” ( bahasa Belanda: Alles Verandert – yang mengandung arti : segala sesuatu berubah). Maka, mengingat bahwa perubahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari manusia, berarti bahwa manusia harus senantiasa waspada, dan siap menghadapi perubahan-perubahan.
Perubahan dapat menimbulkan dampak negatif, tetapi ia juga dapat menimbulkan dampak positif bagi manusia. Biasanya perubahan dikaitkan dengan perubahan keorganisasian ( organizational change) – dalam konteks mana agen-agen perubahan memainkan peranan penting. Dalam hal memperbincangkan perubahan keorganisasian aneka macam faktor/variabel perlu dipertimbangkan seperti misalnya : Tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran – kultur – strategi – tugas – teknologi – orang-orang (manusia) – struktur. Perubahan biasanya disertai aneka macam konflik, dan konflik kembali lagi menuntut adanya perubahan.
Mengingat bahwa sebagian besar perubahan muncul dari lingkungan keorganisasian, maka akan banyak berkaitan dengan manajemen perubahan dan manajemen konflik, dan untuk membantu proses tersebut maka sangat bergantung kepada manajemen strategis. Melalui manajemen strategis, pihak manajemen berupaya untuk memenuhi tuntutan-tuntutan lingkungan terhadap organisasi mereka sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki mereka guna mencapai suatu keserasian strategis ( strategic fit).
Perubahan akan dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan apabila memenuhi beberapa unsur yang menunjukkan sebuah siklus perubahan yang saling memperkuat ( a mutually reinforceing cycle of change) seperti gambar dibawah ini:                                      
1.2           Restorasi atau Gerakan Perubahan
Gerakan Perubahan atau sering digunakan dengan istilah lainnya yaitu Restorasi adalah gerakan perubahan yang bersifat menyeluruh.
Kalau kita mempelajari beberapa definisi tentang perubahan ialah : Proses di mana kita berpindah dari kondisi yang berlaku menuju ke kondisi yang diinginkan, yang dilakukan oleh para individu, kelompok-kelompok serta organisasi-organisasi dalam hal bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan dinamik “internal maupun eksternal”, ( Cook et al., 1997:530). Definisi yang dikemukakan menimbulkan kesan bahwa kondisi yang sedang berlaku, atau yang sedang dihadapi, kurang memuaskan, sehingga diperlukan adanya perubahan untuk mencapai kondisi yang lebih diinginkan. Dengan demikian terlihat adanya unsur perekayasaan dalam hal menciptakan kondisi perubahan tersebut. Adanya kekuatan-kekuatan dinamik internal dan eksternal yang turut menyebabkan adanya keharusan untuk menciptakan perubahan kiranya jelas, karena setiap organisasi senantiasa menghadapi masalah masalah internal dan eksternal.
Perubahan di Indonesia lebih tepat apabila dimulai dengan masalah yang paling mendasar dan esensial bagi bangsa ini yaitu melalui Revitalisasi Kebudayaan Indonesia dan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah.
1.3 Sejarah Budaya Indonesia
Ada pepatah yang mengatakan” Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah”,ironis memang karena hal itu terjadi pada bangsa Indonesia saat ini. Fenomena tersebut dengan jelas dapat kita lihat dengan kasat mata terutama dikalangan anak anak muda yang seharusnya sebagai penerus bangsa,mereka hampir sebagian besar sudah melupakan sejarah bangsanya sendiri.
Kalau kita melihat kebelakang pada masa kejayaan kerajaan Majapahit,bangsa Indonesia dengan wilayah nusantaranya itu meliputi sampai ke Madagaskar, contoh lain pada masa kerajaan- kerajaan pada beberapa abad yang lampau, sebelum dunia luar memiliki teknologi yang canggih, bangsa Indonesia sudah mampu membuat bangunan yang monumental salah satunya ialah candi Borobudur, dimana teknologi tercanggih saat inipun belum mampu mengatasi/ menditeksi dan menemukan cara untuk merenovasi dan memperbaiki kerusakannya, ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada masa itu sudah memiliki teknologi yang canggih, yang didasari kekuatan dan kecerdasan spiritual.
Apabila kita membahas mengenai keterpurukan bangsa saat ini, sesungguhnya itu dimulai sejak masuknya bangsa Belanda lebih kurang 3,5 abad yang lalu untuk menjajah negeri ini walaupun awalnya tidak ada maksud untuk itu, secara sistematis dan perlahan lahan terjadi proses pembodohan, penghancuran identitas diri, seperti bahasa, budaya, adat- istiadat, dll.
 Dimulai pada tahun 1908 kesadaran bangsa Indonesia mulai terusik dengan munculnya berbagai macam pergerakan- pergerakan dalam rangka munculnya rasa kebersamaan, rasa sependeritaan dari situlah awal munculnya kebangkitan nasional. Pergerakan itu terus berlanjut, pada tahun 1928 muncul kesamaan pandangan dari para pemuda seluruh nusantara untuk menyatukan Indonesia menjadi satu bangsa yang tidak tercerai berai yang kemudian lebih dikenal dengan lahirnya Sumpah Pemuda.
Puncaknya dari pergerakan bangsa yang sekian lama merasa tertindas, adalah dengan memproklamirkan diri menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat dan mendapatkan pengakuan dunia internasional, pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu dengan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan dari situlah awal dimulainya kebangkitan bangsa dari keterpurukan sebagai bangsa yang dijajah menjadi bangsa yang merdeka yang bisa menentukan nasibnya sendiri.
Dunia terus berputar, masa terus berganti, bangsa Indonesia mengalami banyak tantangan dan cobaan didalam menjalani kehidupannya, dari masa pemerintahan Presiden Soekarno yaitu masa masa pemulihan setelah sekian lama dijajah kemudian memasuki masa orde baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, selama 32 tahun terasa perobahan didalam struktur masyarakat melalui Repelita-nya, meningkatnya kegiatan pembangunan disegala bidang kehidupan, melalui pembangunan politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dapat dirasakan pada saat itu. Bangsa Indonesia sudah bisa disejajarkan dengan bangsa bangsa lain di dunia, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani di kawasan asia terutama lagi di asia tenggara, Indonesia menjadi negara pengekspor minyak dan gas, dan ekspor hasil kekayaan bumi lainnya, Indonesia menjadi termasuk negara yang sedang berkembang dan memasuki masa era tinggal landas.
Dengan adanya gerakan reformasi pada tahun 1998 dan setelah 100 tahun kebangkitan nasional semuanya hanya tinggal kenangan, bangsa Indonesia dari bangsa/Negara yang sedang berkembang berubah menjadi bangsa/Negara yang sedang terpuruk, dari awalnya memasuki era tinggal landas menjadi masuk ke era tinggal di landasan, dari Negara pengekspor menjadi Negara pengimpor dan menjadi negara yang sangat tergantung kepada bantuan negara lain, semua bidang, sektor kehidupan semuanya serba kesulitan, bahkan bidang olah raga saja bisa ketinggalan jauh oleh negara yang baru merdeka seperti Vietnam, dan yang lebih menghawatirkan lagi adalah adanya tanda tanda perpecahan sebagai bangsa sudah mulai terasa, parselisihan dimana mana bentrokan dengan kekerasan dengan banyak memakan korban terjadi dibanyak tempat.
            Belakangan ini konflik timbul kembali kepermukaan dengan berbagai manifestasinya seperti protes, kritik, hujat-menghujat dalam bentuk wacana, unjuk rasa, bahkan tuntutan merdeka atau separatism. Bentuk konflik sosial ini semakin kompleks, apalagi jika mengingat struktur Negara Indonesia yang paradoksal dengan wilayah negaranya sangat luas dan memiliki budaya dan identitas primordialnya yang sangat beragam.
Bainus (2001:19) menyatakan bahkan dalam kancah internasional, kondisi Indonesia telah mencitrakan Indonesia sebagai Negara yang cukup berpotensi untuk mengikuti jejak keruntuhan Uni Sovyet dan Yugoslavia. Hal itu cukup terbukti dengan lepasnya Timor-Timur, meskipun secara historis daerah tersebut bukan merupakan bagian wilayah Negara kolonial yang sama (Hindia Belanda). Terpuruknya citra Indonesia ini semakin mengemuka bersamaan dengan memburuknya upaya pemerintah dalam menangani pemulihan kehidupan ekonomi, politik, sosial dan beragama di negeri ini.
 Hal ini menggiring pertanyaan : Apakah tesis Samuel P. Huntington mengenai the clash of civilsation sudah melanda Indonesia ?   Apakah Indonesia masih dapat bertahan hidup (survival) sebagai suatu Negara bangsa ? Apakah Indonesia masih akan eksis dimasa mendatang ?
            Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul seiring dengan mengemukanya beberapa realitas yang harus dihadapi bangsa Indonesia seperti kemapanan ekonomi yang belum terlihatnya tanda-tanda tercapai, kestabilan politik yang belum terlihatnya indikasi untuk membaik. Bahkan kini yang paling mendapat sorotan tajam adalah kerentanan terhadap konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), agama merupakan faktor yang paling dominan untuk menjadi penyebab terganggunya keutuhan bangsa. Ada pertanyaan yang belum terjawab,bisakah bangsa  yang tadinya sebagai bangsa yang besar keluar dari keterpurukan ini dan kembali menjadi bangsa yang diperhitungkan oleh bangsa bangsa lain di dunia?.Bagaimana jalan keluarnya?.

1.4       Partai NasDem
Di dalam kondisi Negara Bangsa yang seperti diuraikan di atas, muncul Partai Politik baru dengan mengusung Thema sentralnya yaitu Restorasi Indonesia atau Gerakan Perubahan yang diharapkan membawa angin segar dan setumpuk harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang begitu merindukan suasana kehidupan berbangsa dan bernegara dalam nuansa kesejahteraan.
Pencetus ide dasar sekaligus sebagai pendiri partai NasDem adalah Surya Paloh yang sekaligus sebagai Ketua Umumnya, memiliki gagasan yang berazas pada semangat perjuangan ( baca buku Indonesia Di Jalan Restorasi-Politik Gagasan Surya Paloh : Willy Aditya)

A.    Mengapa Restorasi?

Restorasi, kata ini boleh jadi terdengar asing bagi masyarakat dibandingkan dengan revolusi atau reformasi. Restorasi Indonesia adalah sebuah metode yang hadir sebagai koreksi terhadap dua metode pergerakan terdahulu – revolusi-dan reformasi yang tidak berhasil membawa perubahan di negeri ini.

B.     Titik Pijak Restorasi.
Hampir setiap Negara bangsa memiliki pengalaman melestarikan nilai, identitas, dan jati diri kebangsaannya. Proses melestarikan itu selalu merupakan langkah besar. Gerakan Perubahan lahir akibat adanya persoalan-persoalan kebangsaan.
C.    Pasal Moralitas ( Virtue)
Moralitas adalah poin pertama yang menjadi focus utama Gerakan Perubahan yang diusung  Partai NasDem. Indonesia menghadapi fenomena moralitas yang tercerabut dari politik. Makin hari rakyat makin mencibir politik. Rakyat telah berada pada titik nadir kepercayaan terhadap institusi politik negri ini.
D.    Pasal Kebajikan Sang Pemimpin
Pemimpin adalah actor aktif dalam politik. Ia adalah pihak yang merumuskan kebijakan yang menyentuh titik terpenting persoalan masyarakat. Moralitas pemimpin adalah prasyarat utama agar apa yang dilakukannya sepenuhnya untuk pengabdian.
E.     Pasal Kepemimpinan Yang Kuat
Pemimpin yang kuat adalah dia yang secara kesatria mau dan mampu mengakui kesalahannya dan siap menerima segala resiko atas apa yang menjadi tanggungjawabnya, setiap tindakan politik yang diambil oleh pemimpin dengan segenap moralitas keberanian yang dimilikinya haruslah konsisten.
F.      Pasal Membangun Karakter Bangsa
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Poin penting dari frasa tersebut adalah “Kehidupan”. Artinya yang mesti dicerdaskan adalah seluruh aspek kehidupan bangsanya, bukan aspek pengetahuan saja, tetapi juga aspek mental-spiritualnya. Aspek mental yang menjadi roh bagi bangunan karakter bangsa Indonesia selalu berporos pada Pancasila sebagai titik sumbu rotasinya.
G.    Pasal Kepentingan Nasional
Yang dimaksud dengan kepentingan nasional adalah capaian kolektif dalam aspek internasional dan nasional. Kepentingan nasional harus diletakkan dalam aspek politik luar negeri dan dalam negeri, ekonomi pembengunan, keamanan dan pertahanan, serta taraf hidup kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat dan bangsa Indonesia.
H.    Perubahan
Perubahan ya perubahan. Hanya perubahan yang tetap abadi di dunia ini, siapa yang tidak mau berubah akan digilas zaman. Begitupula beberapa ungkapan menyebut. Perubahan adalah sebuah keniscayaan di ala mini. Siklus yang tak dapat dibendung, karena memang begitulah sifat alam ini. Hakikat kenyataannya adalah bergerak, dinamis, tak pernah diam, dan hanya akan diam saat eksistensinya berakhir. Siapa yang tidak mau bergerak, hakikatnya dia telah mati.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana orang harus menempatkan diri dalam arus perubahan itu? Indonesia telah, sedang, dan akan berubah. Sayangnya, tak banyak yang ingin terlibat dan membawa perubahan bagi bangsa ini.
I.       Titik Tolak Perubahan Bangsa
Tidak ada perubahan yang mudah, semuanya butuh proses. Lebih dari itu perubahan adalah pekerjaan besar yang beranjak dari pemikiran untuk dibuktikan dalam perbuatan. Oleh karena itu perubahan adalah keharusan. Perubahan yang tidak hanya berbicara tentang cara mengelola kekayaan alam, tetapi juga tentang kelompok manusia dan kepentingannya, tentang jejaring social yang harus dibangun kembali, tentang karakter yang melekat pada manusia Indonesia, dan seterusnya. Demokrasi yang masih beraras pada prosedur semata, harus kita ubah menjadi demokrasi substantive. Kebebasan yang kita peroleh harus mampu mengantarkan kita pada itikad untuk mewujudkan sebenar benarnya kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat Indonesia. Kekuatan perubahan ini adalah deretan pejuang yang masih memiliki keyakinan bahwa harapan itu selalu ada. Kita membutuhkan perubahan untuk menempatkan kembali segala sesuatunya pada posisi semestinya. Perubahan yang menempatkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hokum negar, perubahan yang membawa konstitusi sebagai acuan utama kehidupan berbangsa dan bernegara, perubahan yang menjadi angin segar bagi pemenuhan janji kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera.
J.       Instrumen Perubahan
Perubahan akan menjadi pepesan kosong jika berhenti pada level gagasan saja. Sebuah perubahan membutuhkan instrument sebagai alat untuk mempraktekkannya. Instrumen tersebut adalah orang-orang yang terhimpun dalam berbagai organisasi pergerakan. Jika yang kita inginkan adalah sebuah perubahan besar lagi menyeluruh, maka semua aktivitas keorganisasian harus terhubung dan tergabung dalam satu langkah bersama yang memiliki tujuan sama. Partai politik adalah organisasi yang mampu menjalankan peran pemersatu itu sebagai komando gagasan dan ideology. Jika partai yang ada mampu memprakarsai konsep perubahan seperti itu, tentu tidak diperlukan lagi partai baru. Sayangnya tidak begitu, partai politik yang ada saat ini menjadi arena politik semata, tidak membawa perubahan apa-apa selain bagi segelintir elite saja. Partai NasDem merancang perubahan komprehensif yang mengikutsertakan setiap anak bangsa sebagai motor pergerakannya. Partai NasDem menyadari peran dan fungsi masyarakat sebagai komponen pengawal inisiatif dan kebijakan yang diformulasikan. Partai NasDem menjawab pertanyaan tentang bentuk keterlibatan setiap orang dalam arus perubahan. Jawabannya adalah setiap orang yang ingin terlibat aktif dalam arus perubahan harus bergabung dengan partai yang mengusung platform perubahan.
Instrumen partai NasDem dalam mewujudkan sebagai wadah partai perjuangan bagi kaum pergerakan juga berinisiatif membangun sendiri kelompok-kelompok penting seperti Liga Mahasiswa NasDem, Garda Pemuda NasDem, Garnita Malahayati, Badan Advokasi hokum NasDem, Buruh, dan Medis.
Para Kader partai NasDem selalu diingatkan bahwa akar perubahan haruslah kuat dan menancap kokoh, ketika kita hanya berbicara perubahan dalam skala besar, kita dengan mudah melupakan partikel-partikel kecil yang substansial.
K.    Arah Perubahan : Antitesis Kemerosotan
Partai NasDem tidak berhenti sebagai alat perjuangan semata. Ia hadir dengan arah dan tujuan yang jelas. Perjuangan partai NasDem adalah sebuah ikhtiar bagi perubahan bangsa yang dilandasi dengan semangat dan tujuan kebangsaan itu sendiri. Tujuan kebangsaan itu sudah tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Partai NasDem hadir denga visi yang jelas, yang mengarahkan kepada politik solidaritas, ekonomi partisipatif dan emansipatif, serta kebudayaan yang mengusung kolektivitas dan gotong royong. Tetapi segala upaya perubahan di setiap sendi kehidupan tak akan komprehensif jika politik sama sekali tak terbenahi.
Keadaban menghasilkan kembali kebudayaan yang berkarakter kebangsaan. Melalui budaya itulah denyut perekonomian yang emansipatif dan berlandaskan pada kemanusiaan berakar. Dari sanalah berangkat kemandirian bangsa ini, kemandirian yang ditopang oleh kedaulatan politik dan bangsa yang berkarakter. Itulah tiga tahap perubahan yang bersandar pada modal manusia, modal social dan modal alam yang dimiliki Indonesia. Partai NasDem tidak memisahkan proses yang satu dengan yang lain, semua proses dilaksanakan untuk menyatukan seluruh pergerakan manusia, social, dan tanah air dalam semangat Gerakan Perubahan.
Partai NasDem tidak hanya berhenti pada gagasan. NasDem hadir untuk menunaikan kewajiban partai politik yang selama ini absen, pendidikan politik kepada masyarakat, menumbuhkan kader-kader kuat pengawal kebijakan, dan pendidikan kapasitas anggota menuju kualifikasi kader pergerakan yang mumpuni. Masyarakat yang menjadi kader tidak bisa lagi dibodohi oleh elite yang korup dan oportunis. Dari langkah inilah masyarakat akan tercerdaskan, mampu membumikan nilai kebangsaan, menjalin kerjasama, mengelola potensi, hingga merespons, menghadapi, dan memecahkan berbagai persoalan.
Perubahan budaya nantinya tidak hanya terjadi dalam struktur partai namun jauh menjangkau realitas masyarakat. Dengan pembentukan kader akan tgerangkai satu prototype keteladanan untuk disebarkan pada masyarakat. Tentu kita bersepakat akan karakter yang ingin dibentuk untuk kemajuan bangsa ini adalah yang tak melupakan jati diri bangsa, yang menggembleng sumber daya kepemimpinan, membangun masyarakat yang cerdas, mempertajam semangat Bhineka Tunggal Ika, merawat kearifan local, serta memperkokoh tradisi demokrasi, solidaritas, gotong royong dan tradisi permusyawaratan. Kerangka besar perubahan bidang budaya ini ditujukan untuk membumikan Pancasila dan semangat Konstitusi, yang akan menjadi identitas, kepribadian, jati diri, sekaligus cara hidup bangsa Indonesia.
Langkah-langkah politis lainnya tentu akan dilakukan sebagai bagian dari perubahan itu. Amandemen Konstitusi, penegakan supremasi hokum, pembenahan system pemerintahan, penataan system parlemen, penataan skema desentralisasi, penataan system politik kepartaian, penataan system electoral, pembenahan system pertahanan, hingga penguatan diplomai internasional akan dilakukan.
Faktanya, kader-kader Partai NasDem adalah Garda terdepan yang mengawal dan Menjalankan berbagai langkah Perubahan itu. Partai NasDem melalui kader-kadernya membuka diri sebagai kekuatan alternative yang siap mengawal inisiatif, kreativitas, dan inovasi anak bangsa. Inilah Partai NasDem, yang dalam setiap langkahnya berupaya untuk melakukan perubahan bangsa melalui kader-kadernya yang Berkepribadian, Berkarakter Pergerakan, siap memimpin dan dipimpin.

1.5  Kondisi Empiris Partai NasDem secara Umum
Ironis memang, Dari seluruh uraian di atas yang dengan gamblangnya bagaimana Partai NasDem memiliki konsep dan Gagasan cemerlang hanya merupakan sebuah retorika politik saja karena dari hasil pengamatan dan penelusuran kami dari Dewan Pakar Partai NasDem DPW Jawa Barat ditemukan fakta-fakta dan data yang menggambarkan kondisi yang memprihatinkan dari setiap unsure partai.
Langkah Partai NasDem dalam jangka pendek untuk mewujudkan Gerakan Perubahan adalah dengan memiliki kekuatan dan kekuasaan di Pemerintahan melalui Pemilihan umum anggota legislative. Bagaimana Partai NasDem bias memperoleh suara terbanyak apalagi kalau menjadi pemenang pemili di th 2014 ini, sementara target pada pemilu ini adalah menjadi tiga besar dengan memperoleh 20 % suara atau kursianggota DPRRI.
Temuan dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Secara Ideologis dan Organisatoris, partai baik DPW, terlebih di DPD-DPD belum menunjukkan sebagai Partai Politik Modern yang memiliki tanggung jawab sebagai salah satu pilar penting tegaknya Negara Kesatuan RI dan pilar penting untuk membangun sistem demokrasi di dalam masyarakat.
2.      Komponen   dan atau unsur-unsur partai, baik struktural maupun ”sayap-sayap” belum tumbuh rasa memiliki (sense of belonging) yang kuat.
3.       Visi dan misi partai yang mengusung ”Restorasi” belum melekat dalam Institusi maupun dipahami secara haikiki oleh kader-kader (struktural, caleg-caleg dan sayap).
4.      Budaya politik kondusif yang mampu membentuk dan menghasilkan sikap dan perilaku kader yang militan dan berkualitas belum terbangun secara hirarkhis dan horizontal.
5.      Caleg-caleg  secara ideologis  belum visioner sementara fungsi dan peranan DPW dan DPD secara organisatoris sebagai ”Peserta Pemilu”  sulit untuk kompetitif dalam Pemilu 2014, untuk meraih minimal 6 juta suara pemilih di Jawa Barat.



Saran Tindak:
Dari hasil kajian permasalahan tersebut, dalam upaya pemenangan Pemilu tahun 2014 yang tinggal beberapa bulan lagi dan selakigus melakukan penataan (pembenahan) organisasi partai, Dewan Pakar DPW Partai NasDem Propinsi Jawa Barat, mengajukan saran tindak  langkah-langkah strategis  sebagai berikut:
1.        Norma dan nilai-nilai kepartaian yang tertuang dalam AD/ART agar ditegakkan dan dijalankan secara konsisten di seluruh organisasi Partai (DPP, DPW dan DPD-DPD, termasuk di sayap-sayap partai).
2.        Pola hubungan kepartaian baik internal, eksternal maupun khirarhis harus dikembangkan terstruktur dalam membangun budaya politik yang kondusif dan membentuk kader-kader partai yang disiplin, militan dan berkualitas.
3.        DPP, DPW dan DPD-DPD, segera menyusun buku ”saku” sebagai pegangan Caleg-caleg menghadapi masa kampanye, isinya visi, misi, pokok-pokok program partai dalam merestorasi bangsa dan negara         (termasuk propinsi, kabupaten dan kota), dan isu-isu strategis dibidang politik, hukum, keamanan, ekonomi, kemiskinan, lepangan kerja dan seterusnya yang relevan dengan situasi dan kondisi saat ini serta lima tahun ke depan.
4.        Menghadapi Pemilu 2014 yang tinggal 80 hari lagi, mengingat keterbatasan kemampuan dan potensi organisatoris (DPP, DPW dan DPD-DPD) dan kapasitas Caleg-caleg, maka untuk efisiensi sumber daya, termasuk efisiensi biaya politik  dan efektif untuk menggapai 6 juta lebih suara pemilih, perlu dibangun kemitraan kerja (pendampingan) dengan institusi akhli (pihak ketiga)  yang tujuannya menyusun langkah-langkah strategis yang melibatkan caleg-caleg dan organ-organ partai yang bergerak sampai di TPS-TPS.
5.        Konsep naskah Strategi Pemenangan Pemilu 2014 dengan me nggunakan jasa akhli terlampir. Dan siap dipresentasikan dihadapan DPW Partai NasDem Propinsi Jawa Barat dan Bappilu DPP Partai NasDem.

Demikian Tulisan ini sebagai bahan renungan dan motivasi para Kader Partai NasDem untuk lebih semangat meningkatkan segala kemampuan diri dan kapasitas diri untuk memikul tugas berat yaitu mengusung Gerakan perubahan  yang kita damba-dambakan bersama.